Senin, 10 Maret 2014

PERTOBATAN YANG SEJATI

PERTOBATAN YANG SEJATI 

ETIMOLOGI PERTOBATAN
Pertobatan dari kata “tobat”. Dalam teks bahasa ibrani terdapat dua kata yang memiliki pengertian “tobat” yaitu naham dan shubh. Kata naham berarti menarik nafas panjang (To sigh). Kata naham juga berarti ”mengerang” atau “merintih” (to groan) atau “meratap” (to lament). Kata naham menyitarkan suatu duka yang sangat mendalam. Kata naham juga sering diterjemahkan “menyesal” atau “bertobat” yang ditulis 40 kali dalam Alkitab. Sedangkan kata shubh berarti “berbalik” atau “berganti arah.” Kata ini secara skriptural lebih menunjuk kepada pertobatan yang sejati, maknanya lebih kuat dari naham. Kata shubh secara efektif (meluas) digunakan para nabi sebagai seruan, agar umat Tuhan melakukan perubahan secara radikal dengan berbalik meninggalkan dosa, dan masuk ke dalam persekutuan dengan Tuhan, dan meninggalkan praktek sinkretismenya (penyembaha kepada banyak Allah, atau mencampur adukkan beberapa keyakinan dan Agama). Itulah sebabnya beberapa theolog enggan menterjemahkan kata naham sebagai “pertobatan.” Dalam teks bahasa Yunani untuk kata bertobat ditemuka dua kata yaitu metamelomai dan metanoia. metamelomai berarti “menyesali diri” (to regret atau repent oneself). Kata inilah yang di gunaka Paulus 2 Kor 7:8, yang di terjemahkan menyesal dalam bahasa indonesia, tetapi dalam king james diterjemahkan repent. Kata ini sejajar dengan kata naham dalam teks Ibrani. Sedangkan kata metanoia kata ini terbentuk dua kata yaitu meta yang artinya “berubah” (change) dan nous yang artinya “pikiran” (mind). Metanoia berarti perubahan pikiran. Kata inilah yang sering digunakan untuk menunjukkan pertobatan seseorang yang ditandai dengan perubahan pikiran. Kata metanoia lebih sering digunakan untuk menunjukkan pertobatan yang sejati. Kata ini sejajar dengan kata shubh dalam teks Ibrani.

PENGERTIAN PERTOBATAN Pertobatan uman PL pada umumnya menyangkut dua sapek antara lain. Perubahan tingkah laku atau perbuatan. Kehidupan umat yang meninggalkan Torat, hidup dalan tingkah laku yang tidak menuruti hukum Torat kembali kepada kehidupan sesuai dengan hukum torat. Kesediaan meninggalkan praktek sinkretismenya (mencampurkan atau menggabungkan beberapa agama atau keyakinan). Kehidupan umat yang meninggalkan ibdak kepada Yahwe, lalu kembali beribadah kepada Yahwe. Pada jaman dahulu bangsa israel sering tergoda menyembah kepada allah-allah yang disembah bangsa-bangsa kafir. Sehingga pertobatan dalam PL berarti meninggalkan penyembahan kepada dewa-dewa tersebut, kemudian kembali melakukan ibadah dikemah suci atau di bait Allah. Konsep pertobatan bangsa israel pada zaman PL ternyata juga terdapat pada banyak agama didunia. Pertobatan semacam ini masih bisa di golongkan pertobatan menurut konsep umum. Namun, untuk bangsa israel, pertobatan mereka memiliki keistimewaan, sebab mereka memiliki Allah yhwe dan Torat yang tidak dimiliki bangsa lain. Pada intinya, pertobatan menurut konsep umum adalah menunggalkan perbuatan yang melaggar norma yang diberlakukan, dan mulai beribadah kepada Allah yang diyakini sebagai Allah yang besar. Sering pula dikatakan sebagai suatu perobatan, ketika seorang yang memeluk suatu agama berpindah ke suatu agama lain yang diyakini benar. Sebaliknya, kelompok orang yang menganut agamayang di tinggalkan tersebut akan menganggap anggota mereka yang berpindah agama sebagai murtad. Pertobatan secara umum terjadi atas seseorang atau sebuah komunitas etelah mendengar suatu peringatan dan ancaman hukuman. Pertobatan seperti ini adalah pertobatan yang tidak membutuhkan pencerahan pikiran oleh kebenaran firman Tuhan, yang penting ada kesadaran moral atau didorong takutnya takutnya terhadap ancaman yang akan dijatuhkan, seperti pendududk Niniwe dalam kitab Yunus. Jika pertobatan hanya sekedar tindakan berbalik kepada Tuhan memulihkan ekonominya, menyembuhkan penyakitnya atau memberi pertolongan dari problem hidup yang lain. Maka pertobatan seperti ini adalah pertobatan palsu. Pada kenyataannya prtobatan seperti inilah yang ditawarkan kepada banyaki orang hari ini, hanya lebihnya dibandingkan dengan agama lain, dalam kekristenan ada Yesusnya. Tetap apa artinya pertobatan seperti ini, walau plus Yesus, kalau kemudian tidak hidup dalam kebenaran-Nya dan hanya menjadikan Tuhan Yesus sekedar untuk menjawab kebutuhan jasmani. Dalam kekristenan, pengertian pertobatan tidaklah sama dengan pertobatan diatas. Pertobatan dalm kekristenan adalah perubahan yang didoronh oleh kesadaran terhadap kebenaran. Kebenaran disini bukan hanya menyangkut kesadaran moral, tetapi juga meliputi pembaharuan hidup secara menyeluruh (ekstensif). Pemahaman hidup ini antara lain: siapa Allah; siapa manusia; bagaimana seharusnya manusia menyelenggarakan hidup; manusia akan mati dan menyongsong kehidupan dibalik kubur; manisa harus menghadapi thta pengadilan Allah; manusia harus menjadi seperti sang Khalik kehendaki; dan lain sebagainya. Kesadaran moral memang akan membangkitkan pengharapan pada nilai-nilai etika dan pengubah perilaku. Tetapi, kesadaran atau pemahaman kebenaran membangkitkan pengharapan kepada nilai-nilai spiritual dan kenyataan kekekalan. Kesadaran atau pemahaman terhadap kebenaran inilah yang membangkitkan pertobatan yang sejati, yakni pertibatan yang benar atau yang ideal di hadapan Tuhan. tentu pertobatan yang sejati akan mengubah bukan saja perikaku seseorang, tetapi seluruh filisofi hidupnya. Pertobatan sejati tidak harus diawali oleh sebuah ancaman atau peringatan yang menakut-nakuti, tetapi pemberitaan kebenaran Firman Tuhan yang murni akan membangkitkan kesadaran dan pemahaman mengenai hidup. Kebenaran Firman Tuhan inilah yang mencelikkan mata hati seseorang untuk menyadari kekudusan Tuhan, dan apa yang Dia kehendak. Di pihak lain menyadarkan keadaan seseorang sebagai miskin dihadapan Tuhan dan membutuhkan keselamatan-Nya (Mat 5:3). Kalu pertobatan bangsa Israel berarti kembali kepada Yahwe dan Torat, tetapi didalam kekristenan pertobata berarti percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi, hingga selanjutnya belajar kebenaran Tuhan. inilah yang dimaksudkan Tuhan Yesus mengajarkan segalah sesuatu yang perintahkan terdapat dalam Kitab Perjanjian Baru yang isinya sangat batiniah. Dalam hal ini membutuhkan ketajaman untuk menangkap kebenaran batiniah yang Tuhan ajarkan.
By: Simon Mia


Bagaikan Uap 

Takut gagal di mata dunia mengakibatkan gagal di mata Tuhan. Meraih sukses di mata Tuhan akan membuahkan sukses di mata dunia.

Manusia pada umumnya menganggap kemiskinan, tidak terhormat, terhina dan berbagai kegagalan hidup di dunia ini sebagai malapetaka puncak yang sangat ditakuti. Mereka malu apabila mengalami hal-hal tersebut, dan karenanya berjuang keras melakukan apa saja supaya terhindar darinya, termasuk mengorbankan Tuhan dan kerajaanNya. Sayangnya, setelah memperoleh apa yang disebut dunia ini sebagai kesuksesan, mereka tidak puas dan ingin mengejar yang lebih besar lagi, demikian seterusnya tanpa habisnya, dan akhirnya Tuhan tidak memiliki tempat dalam kehidupan mereka. Orang-orang berpikir demikian, sebab umumnya mereka menganggap kehidupan di bumi ini sebagai satu-satunya hidup. Mereka bisa mengaku Kristen, tetapi jika terus mengejar kesuksesan dengan segala cara, sesungguhnya mereka membuktikan bahwa mereka tidak percaya adanya kekekalan. Mereka tidak menyadari bahwa kehidupan kita tak ada artinya dibanding kekekalan, bagaikan uap yang terlihat sebentar saja lalu lenyap. Begitu mereka menutup mata untuk selama-lamanya dan melihat realitas kekekalan, barulah mereka sadar bahwa sudah tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki diri. Jangan seperti Esau yang gara-gara sepiring makanan menjual hak kesulungannya dan kehilangan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya (Ibr. 12:16-17). Sekalipun meraung-raung dengan sangat keras dalam kepedihan hati, tidak ada gunanya lagi. Hari ini air mata kita dan waktu yang tersedia bisa menyelamatkan kita, tetapi suatu hari nanti, air mata tidak bisa menyelamatkan kita, sebab tidak ada lagi waktu atau kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri. Kalau hari ini kita masih mengorbankan apa yang Tuhan kehendaki demi harkat dan martabat kita di bumi, bertobatlah sekarang juga. Kita harus sadar bahwa mengejar segala keinginan duniawi tersebut berarti menyia-nyiakan waktu yang disediakan Tuhan untuk membentuk kita dan mempersiapkan kita memasuki kekekalan. Kekekalan itulah kehidupan yang sesungguhnya, dan tiada taranya dibandingkan dengan kehidupan hari ini. Apabila kita takut gagal di mata dunia, akibatnya kita bisa gagal di mata Tuhan dan akhirnya binasa. Apabila kita tidak ingin gagal di mata Tuhan, Ia niscaya tidak akan meninggalkan kita. Ia akan membuat kita semakin efektif untuk melayaniNya, sehingga tidak hanya menjadi sukses di mataNya, di mata duniapun kita akan dipandang sukses

Sabtu, 08 Maret 2014

APAKAH KEKRISTENAN ITU?

Apakah Kekristenan Itu?

     Pertanyaan ini bisa dianggap mengada-ada bagi mereka yang sudah lama menjadia orang Kristen, apalagi sudah sejak kecil. Namun kenyataannya, banyak orang Kristen yang belum memahami Kekristen secara benar. Bahkan banyak dari mereka yang disebut rohaniwan atau hamba Tuhan pun ternyata juga belum mengerti Kekristenan secara benar, dan belum mengenakan kehidupan kekristenan yang benar.

     Umumnya orang-orang merasa sudah menjadi Kristen hanya berani mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juruselamat. Mereka pergi ke gereja dan menggunakan nama Kristiani seperti memakai kalung salib, dan sudah turut serta mengambi bagian dalam kegiatan pelayanan gereja. Betapa naifnya pendangan seperti ini, sebab sesungguhnya kekristenan tidak diukur dengan hal-hal tersebut.
     Jadi apakah kekristenan itu? Mari kita menjawabnya dengan menurut kata “Kristen”. Kata Kristen dalam sebutan bagi orang-orang yang mengikuti Tuhan Yesus, pertama kali muncul di Antiokhia (Kis. 11:26). Sebutan ini diberikan kepada murid-murid yang mempelajari Injil yang diajarkan oleh Bernabas dan Paulus. Mereka adalah komunitas yang percaya kepada Yesus Kristus dan memperjuangkan kepentingan-Nya.
     Kata Kristen sendiri juga berarti “Seperti Kristus”, tentunya secara perilaku. Ini logis bisa terjadi, sebab orang-orang yang benar-benar belajar Injil akan hidup sepadan dengan  Injil yang diterimanya itu. Injil tersebut memuat kehidupan Kristus yang harus diteladani. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menjadi orang Kristen harus memiliki ciri serupa dengan Kristus dan hidup untuk kepntingan-Nya.
     Serupa dengan Kristus berarti menemukan pribadi, watak, karakter atau kepribadian anak Allah. Kristus adalah teladan manusia menurut rancangan Allah yang mula-mula, yaitu segambar dan serupa dengan Allah dan hidup sepenuhnya bagi-Nya.
     Ini sebenarnya maksud keselamatan diberikan, yaitu agar manusia dikembalikan kepada rancangan-Nya yang semula. Memang manusia hanya untuk melayani Tuhan, bukan untuk dirinya sendiri. Ia diciptakan untuk melayani keinginan-Nya. Kehendak dan rencana pencipta-Nya dalam segala keadaan. Yang tidak bersedia menerima realitas ini berarti tidak bisa menjadi makhluk ciptaan. Dengan kata ia menempatkan dirinya sebagai pemberontak seperti Lucifer, malaikat yang jatuh.

Peroses yang harus dilalui
     Mana kala seseorang dipanggil menjadi orang Kristen, ia harus memasuki proses penyempurnaan karakter dan belajar untuk hidup bagi kepentingan Tuhan. Bisa dipastikan, kalau karakter seseorang berubah kearah Kristus bagai teladannya, maka ia akan memberikan segenap hidupnya untuk melayani Bapak di Surga.
     Proses ini wajib. Tanpa memasukinya, berarti seseorang tidak memiliki keselamatan. Mengalami proses perubahan karakter ini adalah ciri-ciri utama seorang Kristen, yang tidak bisa digantikan dengan apa pun.
     Karenanya hendaklah kita tidak merasa sudah menjadi Kristen sebelum mengalami proses ini secara nyata dalam kehidupan pribadi kita. Tentu ada buktinya, yaitu perubahan karakter yang bisa dirasakan oleh kita sendiri dan orang lain, mulai dari perubahan kecil sampai perbahan yang sangat radikal dan tajam. Jadi setelah menjadi Kristen, kehidupan menjadi lebih sulit sebab harus mengalami proses ini.

Bukan jalan yang mudah
     Dewasa ini banyak orang Kristen disesatkan oleh para pengkhotbah yang mengajarkan bahwa menjadi Kristen, perjalanan hidup kita bisa dijalani dengan lebih mudah dan enak. Kekristenan diajarkan sebagai jalan yang mudah, padahal kekristenan adalah jalan salib, dangan kata lain, jalan penderitaan.
     Penderitaan kita tidak selalu fisik. Namun sering secara psikis melawan diri kita sendiri sebab untuk mengenakan karakter Kristus dan memperjuangkan kepentingan Kerajaan Allah berarti mengorbankan segenap hidup. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memperingatkan mereka yang mau mengikut-Nya untuk menghitung anggarannya (Luk. 14:28-33).
     Dalam hal ini kita menemukan bahwa kekristenan bukanlah agama melainkan jalan hidup. Di dalam kekeristenan yang penting bukanlah liturgi atau ritual seperti yang ditekankan agama-agama, melainkan penyelenggaraan pola hidup yang dimiliki oleh Kristus.

     Kalau harus jujur, hampir semua manusia menjalani harinya hanya untuk memiliki sebuah standar kehidupan seperti yang diinginkannya. Standar hidup ini biasanya: bersekolah, berkuliah, berpendidikan dan bergelar, mencari nafkah, menemukan pasangan hidup, mempunyai anak, membesarkan anak, mencari menantu, menjaga cucu dan lain sebagainya. Standar yang diinginkannya itu seperti yang dipandang orang sekitarnya, atau yang telah diwarisi dari orang tua dan nenek moyangnya. Gaya hidup ini jauh dari standar yang diinginkan Allah.