Apakah Kekristenan Itu?
Pertanyaan ini bisa dianggap mengada-ada bagi mereka yang
sudah lama menjadia orang Kristen, apalagi sudah sejak kecil. Namun
kenyataannya, banyak orang Kristen yang belum memahami Kekristen secara benar.
Bahkan banyak dari mereka yang disebut rohaniwan atau hamba Tuhan pun ternyata
juga belum mengerti Kekristenan secara benar, dan belum mengenakan kehidupan
kekristenan yang benar.
Umumnya
orang-orang merasa sudah menjadi Kristen hanya berani mengaku dengan mulutnya
bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juruselamat. Mereka pergi ke gereja dan
menggunakan nama Kristiani seperti memakai kalung salib, dan sudah turut serta
mengambi bagian dalam kegiatan pelayanan gereja. Betapa naifnya pendangan
seperti ini, sebab sesungguhnya kekristenan tidak diukur dengan hal-hal
tersebut.
Jadi
apakah kekristenan itu? Mari kita menjawabnya dengan menurut kata “Kristen”.
Kata Kristen dalam sebutan bagi orang-orang yang mengikuti Tuhan Yesus, pertama
kali muncul di Antiokhia (Kis. 11:26). Sebutan ini diberikan kepada murid-murid
yang mempelajari Injil yang diajarkan oleh Bernabas dan Paulus. Mereka adalah
komunitas yang percaya kepada Yesus Kristus dan memperjuangkan kepentingan-Nya.
Kata
Kristen sendiri juga berarti “Seperti Kristus”, tentunya secara perilaku. Ini
logis bisa terjadi, sebab orang-orang yang benar-benar belajar Injil akan hidup
sepadan dengan Injil yang diterimanya
itu. Injil tersebut memuat kehidupan Kristus yang harus diteladani. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa menjadi orang Kristen harus memiliki ciri
serupa dengan Kristus dan hidup untuk kepntingan-Nya.
Serupa
dengan Kristus berarti menemukan pribadi, watak, karakter atau kepribadian anak
Allah. Kristus adalah teladan manusia menurut rancangan Allah yang mula-mula,
yaitu segambar dan serupa dengan Allah dan hidup sepenuhnya bagi-Nya.
Ini sebenarnya maksud keselamatan diberikan, yaitu agar manusia
dikembalikan kepada rancangan-Nya yang semula. Memang manusia hanya untuk
melayani Tuhan, bukan untuk dirinya sendiri. Ia diciptakan untuk melayani
keinginan-Nya. Kehendak dan rencana pencipta-Nya dalam segala keadaan. Yang
tidak bersedia menerima realitas ini berarti tidak bisa menjadi makhluk
ciptaan. Dengan kata ia menempatkan dirinya sebagai
pemberontak seperti Lucifer, malaikat yang jatuh.
Peroses yang harus dilalui
Mana
kala seseorang dipanggil menjadi orang Kristen, ia harus memasuki proses
penyempurnaan karakter dan belajar untuk hidup bagi kepentingan Tuhan. Bisa
dipastikan, kalau karakter seseorang berubah kearah Kristus bagai teladannya,
maka ia akan memberikan segenap hidupnya untuk melayani Bapak di Surga.
Proses
ini wajib. Tanpa memasukinya, berarti seseorang tidak memiliki keselamatan.
Mengalami proses perubahan karakter ini adalah ciri-ciri utama seorang Kristen,
yang tidak bisa digantikan dengan apa pun.
Karenanya
hendaklah kita tidak merasa sudah menjadi Kristen sebelum mengalami proses ini
secara nyata dalam kehidupan pribadi kita. Tentu ada buktinya, yaitu perubahan
karakter yang bisa dirasakan oleh kita sendiri dan orang lain, mulai dari
perubahan kecil sampai perbahan yang sangat radikal dan tajam. Jadi setelah
menjadi Kristen, kehidupan menjadi lebih sulit sebab harus mengalami proses
ini.
Bukan jalan yang mudah
Dewasa
ini banyak orang Kristen disesatkan oleh para pengkhotbah yang mengajarkan bahwa
menjadi Kristen, perjalanan hidup kita bisa dijalani dengan lebih mudah dan
enak. Kekristenan diajarkan sebagai jalan yang mudah, padahal kekristenan
adalah jalan salib, dangan kata lain, jalan penderitaan.
Penderitaan
kita tidak selalu fisik. Namun sering secara psikis melawan diri kita sendiri
sebab untuk mengenakan karakter Kristus dan memperjuangkan kepentingan Kerajaan
Allah berarti mengorbankan segenap hidup. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memperingatkan
mereka yang mau mengikut-Nya untuk menghitung anggarannya (Luk. 14:28-33).
Dalam
hal ini kita
menemukan bahwa kekristenan bukanlah agama melainkan jalan hidup. Di dalam
kekeristenan yang penting bukanlah liturgi atau ritual seperti yang ditekankan
agama-agama, melainkan penyelenggaraan pola hidup yang dimiliki oleh Kristus.
Kalau
harus jujur, hampir semua manusia menjalani harinya hanya untuk memiliki sebuah
standar kehidupan seperti yang diinginkannya. Standar hidup ini biasanya:
bersekolah, berkuliah, berpendidikan dan bergelar, mencari nafkah, menemukan
pasangan hidup, mempunyai anak, membesarkan anak, mencari menantu, menjaga cucu
dan lain sebagainya. Standar yang diinginkannya itu seperti yang dipandang
orang sekitarnya, atau yang telah diwarisi dari orang tua dan nenek moyangnya.
Gaya hidup ini jauh dari standar yang diinginkan Allah.