Sabtu, 08 Maret 2014

APAKAH KEKRISTENAN ITU?

Apakah Kekristenan Itu?

     Pertanyaan ini bisa dianggap mengada-ada bagi mereka yang sudah lama menjadia orang Kristen, apalagi sudah sejak kecil. Namun kenyataannya, banyak orang Kristen yang belum memahami Kekristen secara benar. Bahkan banyak dari mereka yang disebut rohaniwan atau hamba Tuhan pun ternyata juga belum mengerti Kekristenan secara benar, dan belum mengenakan kehidupan kekristenan yang benar.

     Umumnya orang-orang merasa sudah menjadi Kristen hanya berani mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juruselamat. Mereka pergi ke gereja dan menggunakan nama Kristiani seperti memakai kalung salib, dan sudah turut serta mengambi bagian dalam kegiatan pelayanan gereja. Betapa naifnya pendangan seperti ini, sebab sesungguhnya kekristenan tidak diukur dengan hal-hal tersebut.
     Jadi apakah kekristenan itu? Mari kita menjawabnya dengan menurut kata “Kristen”. Kata Kristen dalam sebutan bagi orang-orang yang mengikuti Tuhan Yesus, pertama kali muncul di Antiokhia (Kis. 11:26). Sebutan ini diberikan kepada murid-murid yang mempelajari Injil yang diajarkan oleh Bernabas dan Paulus. Mereka adalah komunitas yang percaya kepada Yesus Kristus dan memperjuangkan kepentingan-Nya.
     Kata Kristen sendiri juga berarti “Seperti Kristus”, tentunya secara perilaku. Ini logis bisa terjadi, sebab orang-orang yang benar-benar belajar Injil akan hidup sepadan dengan  Injil yang diterimanya itu. Injil tersebut memuat kehidupan Kristus yang harus diteladani. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menjadi orang Kristen harus memiliki ciri serupa dengan Kristus dan hidup untuk kepntingan-Nya.
     Serupa dengan Kristus berarti menemukan pribadi, watak, karakter atau kepribadian anak Allah. Kristus adalah teladan manusia menurut rancangan Allah yang mula-mula, yaitu segambar dan serupa dengan Allah dan hidup sepenuhnya bagi-Nya.
     Ini sebenarnya maksud keselamatan diberikan, yaitu agar manusia dikembalikan kepada rancangan-Nya yang semula. Memang manusia hanya untuk melayani Tuhan, bukan untuk dirinya sendiri. Ia diciptakan untuk melayani keinginan-Nya. Kehendak dan rencana pencipta-Nya dalam segala keadaan. Yang tidak bersedia menerima realitas ini berarti tidak bisa menjadi makhluk ciptaan. Dengan kata ia menempatkan dirinya sebagai pemberontak seperti Lucifer, malaikat yang jatuh.

Peroses yang harus dilalui
     Mana kala seseorang dipanggil menjadi orang Kristen, ia harus memasuki proses penyempurnaan karakter dan belajar untuk hidup bagi kepentingan Tuhan. Bisa dipastikan, kalau karakter seseorang berubah kearah Kristus bagai teladannya, maka ia akan memberikan segenap hidupnya untuk melayani Bapak di Surga.
     Proses ini wajib. Tanpa memasukinya, berarti seseorang tidak memiliki keselamatan. Mengalami proses perubahan karakter ini adalah ciri-ciri utama seorang Kristen, yang tidak bisa digantikan dengan apa pun.
     Karenanya hendaklah kita tidak merasa sudah menjadi Kristen sebelum mengalami proses ini secara nyata dalam kehidupan pribadi kita. Tentu ada buktinya, yaitu perubahan karakter yang bisa dirasakan oleh kita sendiri dan orang lain, mulai dari perubahan kecil sampai perbahan yang sangat radikal dan tajam. Jadi setelah menjadi Kristen, kehidupan menjadi lebih sulit sebab harus mengalami proses ini.

Bukan jalan yang mudah
     Dewasa ini banyak orang Kristen disesatkan oleh para pengkhotbah yang mengajarkan bahwa menjadi Kristen, perjalanan hidup kita bisa dijalani dengan lebih mudah dan enak. Kekristenan diajarkan sebagai jalan yang mudah, padahal kekristenan adalah jalan salib, dangan kata lain, jalan penderitaan.
     Penderitaan kita tidak selalu fisik. Namun sering secara psikis melawan diri kita sendiri sebab untuk mengenakan karakter Kristus dan memperjuangkan kepentingan Kerajaan Allah berarti mengorbankan segenap hidup. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memperingatkan mereka yang mau mengikut-Nya untuk menghitung anggarannya (Luk. 14:28-33).
     Dalam hal ini kita menemukan bahwa kekristenan bukanlah agama melainkan jalan hidup. Di dalam kekeristenan yang penting bukanlah liturgi atau ritual seperti yang ditekankan agama-agama, melainkan penyelenggaraan pola hidup yang dimiliki oleh Kristus.

     Kalau harus jujur, hampir semua manusia menjalani harinya hanya untuk memiliki sebuah standar kehidupan seperti yang diinginkannya. Standar hidup ini biasanya: bersekolah, berkuliah, berpendidikan dan bergelar, mencari nafkah, menemukan pasangan hidup, mempunyai anak, membesarkan anak, mencari menantu, menjaga cucu dan lain sebagainya. Standar yang diinginkannya itu seperti yang dipandang orang sekitarnya, atau yang telah diwarisi dari orang tua dan nenek moyangnya. Gaya hidup ini jauh dari standar yang diinginkan Allah.